Selasa, 27 Maret 2012

Mengalah Secara Bijak……



Pernah dengar tentang Confusius kan…. Nah… yang ini murid dari guru cofusius yang terkenal, namanya Yan Hui. Dia ini murid kesayangan Confusius karena sifatnya yang teramat baek dan  suka sekali belajar.
Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang.  Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?
“Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sahabat, 3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi”.
Pembeli kain yang masih ngotot dia yang benar tidak senang, lalu dia menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan”.
Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?”
Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?”
Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu”.
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius.
Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius  berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: “3×8 = 23.  Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.” Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya.
Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, dengan agak terpaksa, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia berpikir tidak mau lagi belajar darinya.
Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.
Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon.
Dan jangan membunuh.”
Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.
Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.
Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?”  Confusius berkata: “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon.
Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh”.
Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.” Confusius bilang: “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku.
Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa.
Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?”  Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun.
Murid benar2 malu.” Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutiny.
Sahabat,
Jikalau anda bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting (sahabat, keluarga, pekerjaan dll.  apa gunanya?!  Justru anda akan menderita kerugian besar.
Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal hanya menuruti kepuasan hati tapi kejadian selanjutnya justru lebih fatal, ketika kita mengetahuinya sudahlah terlambat dan tidak bisa mengembalikan lagi dan akhirnya jadi penyesalan.
Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan.
Mengalah untuk menang akan membuat kita mengambil keputusan secara bijak, kalau kita Mundur selangkah untuk kebaikan semua orang akan lebih bermakna dari pada kita ngotot dengan kemenangan kita.
Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Kalau pelanggan kabur baru tahu rasa)
Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (alamat ndak dapat bonus,premi ndak naik-naik,dipindah tugas, dipecat.. berani ?!)
Bersikeras melawan keluarga. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Bahaya, bisa-bisa keluarga marah, nggak mau menerima kita, kalo kita sedang kena masalah nggak bisa ngadu ke mereka kan..)
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman).
Sebenarnya kalah dan menang tergantung penilaian kita, bila kita bisa mengambil keputusan yang tepat, maka kita sebenarnya sudah menang. Mengalahpun tak ada salahnya, kalo memang itu diperlukan demi hal yang lebih baik dan bermanfaat. Mengalah secara bijak merupakan kemenangan yang luar biasa.
Selamat mengalah secara bijak…