Kamis, 05 Mei 2011

9 Cara Redam Keinginan Ngemil

9 Cara Redam Keinginan Ngemil

Sriwijaya Post - Selasa, 3 Mei 2011 10:24 WIB
Ngemil berlebihan bisa dipicu oleh berbagai hal. Dimulai dari kadar gula darah rendah, stres, hingga masalah emosional lain.
Berikut ini langkah-langkah untuk menghentikan keinginan ngemil.
1.    Jangan lewatkan waktu makan
Makanlah tiga kali sehari dan dua kali makan kudapan secara teratur. Usahakan jarak antara waktu makan dan snack tidak lebih dari lima jam. Ini berguna untuk menjaga kestabilan kadar gula darah dan menghindari Anda dari rasa lapar yang hebat. Kadar gula darah yang rendah dan rasa lapar merupakan kombinasi berbahaya yang menyebabkan Anda makan berlebihan.
2.    Pola makan gizi seimbang
Usahakan kandungan protein, lemak, dan karbohidrat pada setiap hidangan makan besar dan snack. Contohnya, bila biasa makan apel sebagai snack, tambahkan selembar roti gandum dan keju rendah lemak.
3.    Bikin buku harian
Buku catatan mengenai pola makan sehari-hari ini akan mendeteksi pola makan Anda. Contohnya, mungkin Anda selalu ingin ngemil setiap sore setelah pukul 15.00. Ini bisa berarti Anda membutuhkan snack yang cukup untuk sore hari. Bisa juga berarti bahwa makan siang Anda belum cukup gizinya untuk memasok kebutuhan. Mungkin ini juga berarti Anda sedang sangat stres sehingga butuh istirahat sejenak.
4.    Hindari diet rendah kalori
Diet yang kurang dari 1.200 kalori per hari akan menyebabkan keinginan ngemil karena pada dasarnya diet rendah kalori menyebabkan kelaparan. Penelitian membuktikan bahwa orang yang diet rendah kalori sering mengalami keinginan ngemil dan sehari-hari hidupnya dipenuhi dengan makanan. Jika tidak yakin dengan kebutuhan kalori yang tepat untuk Anda, konsultasilah pada dokter ahli gizi.
5.    Jangan lupakan karbohidrat kompleks
Karbohidrat kompleks seperti biji-bijian mengandung serat yang membantu menjaga kadar gula darah stabil. Kadar gula darah rendah telah disebutkan menyebabkan timbul keinginan ngemil.
6.    Bersihkan lingkungan
Hindari pemicu keinginan ngemil di rumah atau kantor jika memungkinkan. Sudah pasti sulit menolak cokelat atau keripik kentang jika kedua makanan enak ini ada di sekitar kita. Semakin sedikit godaan di sekitar, semakin baik.
7.    Jangan terlalu kaku
Tetaplah menikmati dessert dan snack kesukaan. Jika benar-benar berhenti makan makanan enak itu, Anda malah terobsesi terus. Dan ketika "pertahanan" jebol, Anda akan makan terlalu banyak.
8.    Icip-icip sedikit saja
Biarkan diri mencicipi sedikit saja makanan enak seperti cokelat yang diingini. Jika ingin makan lebih banyak, cari cokelat rendah kalori.
9.    Cari pengalih perhatian
Ketika keinginan ngemil datang, tunggu selama 15 menit sebelum benar-benar makan. Cobalah melakukan hal lain, seperti berjalan-jalan di luar sejenak atau mengobrol dengan rekan kerja. Kadang mengalihkan perhatian selama lima menit saja cukup untuk mengusir keinginan iseng ngemil

Selasa, 03 Mei 2011

kumpuan artikel/berita tentang pelanggaran yang di lakukan bidan ke 2


Sejumlah peralatan aborsi yang disita polisi saat menggerebek salah satu klinik aborsi di Jakarta (Foto: Koran SI)

http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:lvdyyUJc2XV-FM:http://cniku.files.wordpress.com/2009/11/2.jpg
Smejulah peralatan aborsi yang disita polisi saat menggerebek salah satu klinik aborsi di Jakarta (Foto: Koran SI)

KLATEN - Jajaran Kepolisian Resort (Polres) Klaten, Jawa Tengah, berhasil membongkar praktek aborsi ilegal di wilayah hukumnya. Tiga tersangka yang diduga terlibat dalam kasus ini digiring polisi.

Mereka adalah Yunita Endah Setyowati (21), warga Dusun Semanding, Desa Sendangrejo, Kacematan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Dwi Wahyu Putri (49), bidan di salah satu Rumah Sakit (RS) milik pemerintah di Kabupaten Klaten, warga Kampung Ngepos, Kalurahan Klaten Tengah. Tersangka lainnya adalah Effendi Fauqi Anas (24), warga Perumda, Desa Gergunung, Kecamatan Klaten Utara.

Kasus ini bermula dari laporan warga yang curiga terhadap prosesi pemakaman di Tempat Pemakam Umum (TPU) Alas Kethu, Dusun Seneng, Kelurahan Giriwono, Wonogiri Sabtu 9 Januari lalu sekira pukul 12.00 WIB.

Laporan tersebut diterima oleh Polres Wonogiri. Saat itu juga petugas langsung menurunkan anggotanya ke lapangan dab mengamankan beberapa orang pelaku pemakaman, termasuk salah satu tersangka Yunita, ke Mapolres Wonogiri.

Setelah diperiksa secara intensif, Yunita mengaku bahwa yang dikuburkan adalah janinnya. Janin tersebut adalah hasil aborsi yang dilakukan di Klaten beberapa hari sebelumnya.

Dari pengakuan tersangka yang tertuang dalam berita acara pemeriksaan polisi, aborsi dilakukan oleh seorang bidan bernama Dwi Wahyu Putri. Tempatnya di rumah sang bidan yaitu di Gang Unta No. 4 Ngepos Kelurahan/Kecamatan Klaten Tengah, Kamis 7 Januari lalu sekira pukul 19.00 WIB. Yunita dan Dwi berkenalan lewat seorang perantara bernama Effendi dan Lekso Sambodo.

"Karena wilayah hukumnya ada di Polres Klaten, maka kasus ini dilimpahkan pada kami," Kasatreskrim Polres Klaten, AKP Edy Suranta Sitepu, saat gelar perkara di kantornya kamis (28/01/10).

Untuk pengusutan kasus tersebut polisi juga telah membongkar kuburan bayi di Hutan Kethu, untuk keperluan visum. Kepada penyidik, Yunita mengemukakan latar belakang tindakan aborsi itu. Dirinya selama ini menjalin hubungan dengan dengan Andika M Saifuddin sejak 2008 lalu dan akhirnya berbuah kehamilan. Karena sang pacar tidak mau bertanggung jawab, Yunita merasa depresi dan memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya.

Dia meminta kepada tersangka lain, M Effendi dan Lekso Sambodo mencarikan orang yang mau menggugurkan kehamilannya hingga mengarah ke tersangka lain, yakni bidan Dwi.

''Mendapati keterangan itu, anggota langsung menangkap bidan tanggal 21 Januari,'' kata Kasat Reskrim. Setelah itu polisi memburu Effendi di rumahnya dan ditangkap. Hanya saja Lekso saat digerebek di rumahnya tak ditemukan dan hingga kini dinyatakan buron.

Semenetara itu, Yunita mengaku menyesal telah melakukan aborsi. Namun dirinya bingung dan kalut jika keluarganya mengatahui dirinya hamil diluar nikah. “Saya menyesal,” ujanya lirih.

Ketiganya tersangka dijerat dengan pasal 80 yat 1 UURI No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan atau pasal 346 KUHP dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara.

(Nazarudin Latief/Koran SI/ded)

anyakan pasiennya mahasiswi," ujar Nurhidayat.

Polisi terus mengembangkan pemeriksaan untuk mengetahui berapa banyak korban yang melakukan aborsi di tempat praktek Vike. MAHBUB DJUNAIDY.
PATROLI
Gugurkan Kandungan
Mahasiswi Tewas Ditangan Bidan Aborsi
indosiar.com, Lampung - Selesai sudah masalah yang dihadapi Nina Sumiati, seorang mahasiswi disalah satu akademi perawatan dikawasan MH Thamrin, Jakarta ini. Gadis yang juga warga Sumedang, Jawa Barat ini tewas ditangani Yuliana seorang bidan aborsi di Lampung setelah ia berusaha menggugurkan janin bayi dalam perutnya yang masih berusia 2,5 bulan.
Sambil menunggu keluarganya, sementara jenazah Sumiati kini berada di Rumah Sakit Graha Husada Bandar Lampung. Peristiwa naas yang dialami oleh korban berawal saat dirinya mengandung janin bayi dari hasil hubungan gelap bersama kekasihnya Fadli, seorang mahasiswa disalah satu universitas ternama di Jakarta.
Takut aibnya diketahui keluarga, korban bersama kekasihnya sepakat untuk menggugurkan kandungan. Kiat Fadli bersama korban tersebut kemudian di fasilitasi oleh Santi, seorang teman korban yang juga pernah mengaborsi kandungannya pada 6 tahun yang lalu di bidan yang sama.
Saat itu aborsi yang dilakukan bidan Yuliana terhadap Santi berjalan sukses. Dihadapan polisi tersangka Yuliana mengaku proses pengguguran janin bayi ini dilakukannya dengan cara penyuntikkan obat pelancar kelahiran bayi pada korban dengan dosis lebih, namun setelah 2 hari proses pengguguran korban malah mengalami perdarahan yang hebat.
Praktek aborsi ini dilakukan Yuliana dirumahnya di Jalan Pulau Bawean Sukarame Bandar Lampung. Setiap kali proses aborsi Yuliana memasang tarif 1.200.000 ribu rupiah. Akibat peristiwa ini tersangka Yuliana diancam dengan Pasal 348 tentang praktek aborsi hingga memakan korban jiwa dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. Sementara untuk kekasih korban Fadli dan temannya Santi masih dalam pemeriksaan pihak kepolisian Poltabes Bandar Lampung karena dituduh terlibat praktek aborsi. (Fauzi Heri/Dv
Minggu, 18/05/2008 10:44 WIB

Tujuan Pembangunan Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan


Tujuan Pembangunan Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan
Aspek Sosial Budaya Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Tujuan Pembangunan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang.. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

Kesehatan Menurut Undang-Undang
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan     setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna

Tujuan Kesehatan Dalam Segala Aspek
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus.Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain.
1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.
 
Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:
1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.
5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.
6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan

Tujuan Pembangunan Kesehatan
Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan
Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat.
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20820/5/Chapter%20I.pdf

PEMBANGUNAN MASYARAKAT

TUGAS KELOMPOK

 PEMBANGUNAN MASYARAKAT


stikes okDISUSUN oleh :






DOSEN PEMBIMBING :
HARNIWITA M.Kes






DISUSUN OLEH KELOMPOK 12 :

KELAS : 1.A DIII KEBIDANAN




SUCI RAHMADANISAFITRI
 10.2.0.1.34
TESI FEBRIYANTI NENG RAHAYU
 10.2.0.1.035





SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)
 PAYUNG NEGERI PEKANBARU
2011

AKADEMI KEBIDANAN PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
MATA AJARAN                              : Ilmu Sosial Dan Budaya
KODE MATA AJARAN       : 502
POKOK BAHASAN              : Konsep Sosial Dan Budaya Dasar
SUB POKOK BAHASAN     : Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan
WAKTU                                 : 1 jam 35 menit
NAMA DOSEN                      : Dra. Harniwita, M. Kes
 

             I.      TUJUAN INTERAKSIONAL UMUM     :
Pembangunan Masyarakat
a.      Tujuan pembangunan masyarakat
b.      Nilai-nilai fisiologis
c.       Faktor pendorong dan penghambat pembangunan masyarakat

          II.      TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS     :
Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan
       III.      MATERI                                                       : Terlampir
       IV.      KEGIATAN BELAJAR                              : Seminar
          V.      METODA                                                      : Tanya Jawab / Ceramah
       VI.      MEDIA                                                          : Laptop & In Focus

    VII.      EVALUASI                                                   : Terlampir
- PROSEDUR                                               :
- JENIS TEST                                               :
- SOAL-SOAL                                               : 10 Soal
- KUNCI JAWABAN                                   : 10 Jawaban
 VIII.      BUKU SUMBER                                          :
  • Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta
  • Aryandini S, Woro. 2000. Manusia Dalam Tinjauan Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)
  • Badrujaman, Aip. 2008. Sosiologi. Jakarta : Trans Info Media
  • DepKes. 1995 Sosial Budaya DasarMA.103. Jakarta : DepKes
  • http://www.gudangmateri.com/2010/04/masyarakat-desa-dan-masyarakat-kota.html

MENGETAHUI                                                                           KELOMPOK 12                                                                                                                                                                               


( Dra. Harniwita, M.Kes )                                                                             ( Anggota )



BAB I
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yag dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan sutu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian dibandingkan dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pada intinya merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus, ini arinya bahwa masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama.
Perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi  sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan memengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yaitu meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan lainnya. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak memengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian, dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan.
Dalam setiap prakteknya di lapangan, perubahan sosial dapat terjadi sangat lambat maupun sangat cepat. Hal ini tergantung pada faktor-faktor yang menunjang perubahan sosial dalam masyarakat tersebut. Pada konsep-konsep yang ada, faktor-faktor ini dibagi menjadi 2, yakni faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor-faktor ini lah yang menentukan bagaimana laju perubahan sosial dalam masyarakat. Untuk pembahasan lebih lanjut, kedua faktor ini akan penulis jelaskan pada bab Tinjauan Pustaka.

2.    perumusan masalah
Beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas, antara lain:
  1. Apa tujuan dari pembangunan masyarakat ?
  2. Apa nilai-nilai fisiologisnya ?
  3. Sebutkan hal-hal apa sajakah yang termasuk dalam faktor pendukung dan penghambat?
  4. Apa tujuan masyarakat dalam kesehatan ?


3.    Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
  1. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari pembangunan masyarakat dan tujuan masyarakat dalam kesehatan .
  2. Untuk mengetahui pengertian faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunan sosial masyarakat.
  3. Untuk memaparkan nilai-nilai fisiologis dari pembangunan masyarakat.







BAB II
PEMBANGUNAN MASYARAKAT

1.     Pengertian
Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah ber­kembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pen­dahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelan­jutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk me­menuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehi­dupan.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya peren­canaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain.  Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pemba­ngunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan per­ubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”.
Ginanjar Kartasas­mita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.
Pembangunan adalah seluruh aktivitas yang berjala simultan, meliputi perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi guna mencapai tujuan kea rah kesejahteraan masyrakat ang lebih baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangun­an. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/per­luasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.
Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah ber­kembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pen­dahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelan­jutan. Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehi­dupan.

5 Prinsip PM:

1. PM merupakan proses perubahan yang disengaja dan terarah
2. PM bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup warga masyarakat
– individu
- seluruh
ex. Pendapatan warga dengan jumlah 100 orang
1 orang è 22 jt/bln è 2,2 jt/bln
99 orang è 100 rb/bln è9,9 jt/bln
75,9 jt/bln
Pendapatan rata-rata= 75,9 jt : 100 warga = 7,5 jt/bln.
è ini merupakan perhitungan secara global /gebyah uyah
è tidak relevan
3.PM mengutamakan pendayagunaan potensi dan sumbersumbersetempat
 4. PM mengutamkan kreativitas dan inisiatif masyarakat
5. PM mengutamakan partisipasi masyarakat


2.     Arah Timbulnya Faktor Perubahan Sosial atau proses pembangunan masyarakat
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Dalam kehidupan nyata, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat, pasti akan terjadi. Setiap segmen masyarakat hendaknya fleksibel terhadap perubahan yang akan terjadi baik cepat maupun lambat. Dengan keunggulan seperti itu, masyarakat akan mengurangi tingkat pengaruh negatif dari perubahan ini. Arah timbulnya pengaruh pun dapat berasal dari dalam maupun luar. Berikut adalah penjelasan faktor-faktor perubahan sosial berdasarkan arah timbulnya pengaruh.
a. Internal Factor
Internal factor (faktor dalam) adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu yang menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat itu sendiri baik secara individu, kelompok ataupun organisasi. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern).
1)                          Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
Pertambahan penduduk yang sangat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat, khususnya dalam lembaga kemasyarakatannya. Salah satu contohnya disini adalah orang akan mengenal hak milik atas tanah, mengenal system bagi hasil, dan yang lainnya, dimana sebelumnya tidak pernah mengenal. Sedangkan berkurangnya jumlah penduduk akan berakibat terjadinya kekosongan baik dalam pembagian kerja, maupun stratifikasi social, hal tersebut akan mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada.
2)   Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention). Suatu proses social dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaanbaru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsure kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery sendiri akan berubah menjadi invention, jika masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru tersebut.
3)   Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. Pertentangan ini bisa terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok. Mmisalnya saja pertentangan antara generasi muda dengan generasi tua. Generasi muda pada umumnya lebih senang menerima unsur-unsur kebudayaan asing, dan sebaliknya generasi tua tidak menyenangi hal tersebut. Keadaan seperti ini pasti akan mengakibatkan perubahan dalam masyarakat.
4)    Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akanm membawa akibat berubahnya segala tata cara yang berflaku pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Biasanya hal ini diakibatkan karena adanya kebijaksanaan atau ide-ide yang berbeda. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
b. External Factor
Selain internal factor, pada masyarakat juga dikenal external factor. External factor atau faktor luar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat (sebab ekstern).
1)     Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2)    Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah. Misalnya, terjadinya perang antarsuku ataupun negara akan berakibat munculnya perubahan-perubahan, pada suku atau negara yang kalah. Pada umunya mereka yang menang akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyarakatnya, atau kebudayaan yang dimilikinya kepada suku atau negara yang mengalami kekalahan. Contohnya, jepang yang kalah perang dalam Perang Dunia II, masyarakatnya mengalami perubahan-perubahan yang sangat berarti.
3)   Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Adanya proses penerimaan pengaruh kebudayaan asing ini disebut dengan akulturasi. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut. Pengaruh-pengaruh itu dapat timbul melalui proses perdagangan dan penyebaran agama.



3.     Faktor Pendukung dan Penghalang Proses Perubahan

  1. Faktor Pendukung Proses Perubahan pembangunan masyarakat

Terjadinya suatu proses perubahan pada masyarakat, diakibatkan adanya faktor yang mendorongnya, sehingga menyebabkan timbulnya perubahan. Faktor pendorong tersebut menurut Soerjono Soekanto antara lain:
Ø  Kontak dengan kebudayaan lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain. Dengan proses tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebar luaskan kepada semua masyarakat, hingga seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya.
Proses difusi dapat menyebabkan lancarnya proses perubahan, karena difusi memperkaya dan menambah unsur-unsur kebudayaan yang seringkali memerlukan perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang lama dengan yang baru.
Ø  Sistem pendidikan formal yang maju
Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu, untuk memberikan wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan bagaimana caranya dapat berfikir secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada individu untuk dapat berfikir secara obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu setiap manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuh kebutuhan zaman atau tidak.
Ø  Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
Bila sikap itu telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka masyarakat akan dapat menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya hadiah nobel, menjadi pendorong untuk melahirkan karya-karya yang belum pernah dibuat.
Ø  Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
Adanya toleransi tersebut berakibat perbuatan-perbuatan yang menyimpang itu akan melembaga, dan akhirnya dapat menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat.
Ø  Sistem terbuka pada lapisan masyarakat
Adanya system yang terbuka di dalam lapisan masyarakat akan dapat menimbulkan terdapatnya gerak social vertical yang luas atau berarti member kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Hal seperti ini akan berakibat seseorang mengadakan identifikasi dengan orang-orang yang memiliki status yang lebih tinggi. Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari seseorang, hingga  orang tersebut merasa memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang dianggapnya memiliki golongan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukannya agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang dianggapnya memiliki status yang tinggi tersebut.
Ø  Adanya penduduk yang heterogen
Terdapatnya penduduk yang memiliki latar belakang kelompok-kelompok social yang berbeda-beda, misalnya ideology, ras yang berbeda akan mudah menyulut terjadinya konflik. Terjdinya konflik ini akan dapat menjadi pendorong perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat.
Ø  Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu yang panjang, juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.
Ø  Adanya orientasi ke masa depan
Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa yang akan datang, dapat berakibat mulai terjadinya perubahan-perubahan dalam system social yang ada. Karena apa yang dilakukan harus diorientasikan pada perubahan di masa yang akan datang.
  1. Faktor penghalang/penghambat perubahan pembangunan masyarakat
Di dalam proses perubhan tidak selamanya hanya terdapat faktor pendorong saja, tetapi juga ada faktor penghambat terjadinya proses perubahan tersebut. Faktor penghalang tersebut antara lain:
Ø  Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
Terlambatnya ilmu pengetahuan dapat diakibatkan karena suatu masyarakat tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat pula karena ditindas oleh masyarakat lain.
Ø  Sikap masyarakat yang tradisional
Adanya suatu sikap yang membanggakan dan memperthankan tradisi-tradisi lama dari suatu masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses perubahan. Karena adanya anggapan bahwa perubahan yang akan terjadi belum tentu lebih baik dari yang sudah ada.
Ø  Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya.
Organisasi sosial yang telah mengenal system lapisan dapat dipastikan aka nada sekelompok individu yang memanfaatkan kedudukan dalam proses perubahan tersebut. Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami transisi. Pada masyarakat yang mengalami transisi, tentunya ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sulit bagi mereka untuk melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
Ø  Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
Hal ini biasanya terjadi dalam suatu masyarakat yang kehidupannya terasing, yang membawa akibat suatu masyarakat tidak akan mengetahui terjadinya perkenmbangan-perkembangan yang ada pada masyarakat yang lainnya. Jadi masyarakat tersebut tidak mendapatkan bahan perbandingan yang lebih baik untuk dapat dibandingkan dengan pola-pola yang telah ada pada masyarakat tersebut.
Ø  Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Anggapan seperti inibiasanya terjadi pada masyarakat yang pernah mengalami hal yang pahit dari suatu masyarakat yang lain. Jadi bila hal-hal yang baru dan berasal dari masyarakat-masyarakat yang pernah membuat suatu masyarakat tersebut menderita, maka masyarakat ituakan memiliki prasangka buruk terhadap hal yang baru tersebut. Karena adanya kekhawatiran kalau hal yang baru tersebut diikuti dapat menimbulkan kepahitan atau penderitaan lagi.
Ø  Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
Hambatan ini biasanya terjadi pada adanya usaha-usaha untuk merubah unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Karena akan diartikan sebagai usaha yang bertentangan dengan ideologi masyarakat yang telah menjadi dasar yang kokoh bagi masyarakat tersebut.
Ø  Adat atau kebiasaan
Biasanya pola perilaku yang sudah menjadi adat bagi suatu masyarakat akan selalu dipatuhi dan dijalankan dengan baik. Dan apabila pola perilaku yang sudah menjadi adat tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan, maka akan sulit untuk merubahnya, karena masyarakat tersebut akan mempertahankan alat, yang dianggapnya telah membawa sesuatu yang baik bagi pendahulu-pendahulunya.
Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya proses perubahan tersebut, secara umum memang akan merugikan masyarakat itu sendiri. Karena setiap anggota dari suatu masyarakat umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang sudah didapatnya. Hal tersebut tidak akan diperolehnya jika masyarakat tersebut tidak mendapatkan adanya perubahan-perubahan dan hal-hal yang baru.
Faktor penghambat dari proses perubahan social ini, oleh Margono Slamet dikatakannya sebagai kekuatan pengganggu atau kekuatan bertahan yang ada di dalam masyarakat. kekuatan bertahan adalah kekuatan yang bersumber dari bagian-bagian masyarakat yang:
  1. Menentang segala macam bentuk perubahan. Biasanya golongan yang paling rendah dalam masyarakat selalu menolak perubahan, karena mereka memerlukan kepastian untuk hari esok. Mereka tidak yakin  bahwa perubahan akan membawa perubahan untuk hari esok.
  2. Menentang tipe perubahan tertentu saja, misalnya ada golongan yang menentang pelaksanaan keluarga berencanasaja, akan tetapi tidak menentang pembangunan-pembangunan lainnya.
  3. Sudah puas dengan keadaan yang ada.
  4. Beranggapan bahwa sumber perubahan tersebut tidak tepat. Golongan ini pada dasarnya tidak menentang perubahan itu sendiri, akan tetapi tidak menerima perubahan tersebut oleh karena orang yang menimbulkan gagasan perubahan tidak dapat mereka terima. Hal ini dapat dihindari dengan jalan menggunakan pihak ketiga sebagai penyampai gagasan tersebut kepada masyarakat.
  5. Kekurangan atau tidak tersedianya sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan perubahan diinginkan.
Hambatan tersebut selain dari kekuatan yang bertahan, juga terdapat kekuatan pengganggu.  Kekuatan pengganggu ini bersumber dari:
  1. Kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat yang bersaing untuk memperoleh dukungan seluruh masyarakat dalam proses pembangunan. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan, yang dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan.
  2. Kesulitan atau kekomplekkan perubahan yang berakibat lambatnya penerimaan masyarakat terhadap perubahan yang akan dilakukan. Perbaikan gizi, keluarga berencana, konservasi hutan dan lain-lain, adalah beberapa contoh dari bagian itu.
  3. Kekurangan sumber daya yang diperlukan dalam bentuk kekurangan pengetahuan, tenaga ahli, keterampilan, pengertian, biaya dan sarana serta yang lainnya.

4.     Tujuan Pembangunan Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan
Aspek Sosial Budaya Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan


Tujuan Pembangunan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang.. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.


Kesehatan Menurut Undang-Undang

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
  1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan     setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
  2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
  3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
  4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
  5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna


Tujuan Kesehatan Dalam Segala Aspek

Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.


Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus.Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain.
  1.  Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
  2.  Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
  3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.



Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:

  1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
  2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
  3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
  4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.
  5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.
  6.  Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
  7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
  8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan




Tujuan Pembangunan Kesehatan dan hal-halyang dilakukan oleh bidan

Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut:
    1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
“Di sini seorang bidan juga berperan penting dalampemberian konseling dan pendidikan kesehatan (penkes ) terhadap masyarakat .
Agar masyarakat bisa memberikan pertolongan pertama,sebelum dirujuk ke rumah sakit, RB ataupun balai pengobatan.”
    1. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
“Seorang bidan juga tidak terlepas dari lingkungan yang ada di sekitar mereka ,dan memperhatikan kesehatan mereka,sesuai tujuan yang pertama .bidan juga berperan penting dalam pemberian penkes, konseling juga hal-hal yang menyangkut kesehatan .”
    1. Peningkatan status gizi masyarakat.
Bidan juga harus tanggap dalam penkes mengenai makanan apa saja yang mempunyai banyak gizi di dalamnya/dikandungnya”
    1. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
“Seorang bidan harus memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai kode etik bidan .agar AKI DAN AKB dapat di tekan .”
    1. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
“Disini seorang bidan dapat memberikan penkes tentang keluarga berencana ( KB ) dengan cara pasutri tersebut memakai kondom, IUD, pil KB, suntik dan lain-lain .”


Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan


Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
  1.  Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
  2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat.
  3.  Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Suatu perubahan social dalam kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bertindak sebagai pendukung dan penghambat jalannya proses perubahan social tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (internal factor) serta juga dapat berasal dari luar lingkupan masyarakat (External factor). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan masyarakat berdasarkan arah antara lain, Internal Factor yang didalamnya terdapat pelbagai faktor, Dinamika Penduduk, Penemuan-penemuan baru, Munculnya pertentangan, dan Terjadinya Pemberontakan. Sedangkan faktor yang kedua adalah External Factor, terdiri dari Bencana Alam, Perang dan Kebudayaan masyarakat lain.
Faktor pendukung perubahan social antara lain, kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan formal yang maju, sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation), sistem terbuka pada lapisan masyarakat, adanya penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu dan adanya orientasi ke masa depan.
Faktor penghambat perubahan social antara lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat, sikap masyarakat yang tradisional, adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya, kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru, adanya hambatan yang bersifat ideologis dan adat atau kebiasaan.




3.2. Saran
Kita sebagai bidan sudah seharusnya dapat mengatasi dan membantu masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat Indonesia yakni masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA

  • Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta
  • Aryandini S, Woro. 2000. Manusia Dalam Tinjauan Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press)
  • Badrujaman, Aip. 2008. Sosiologi. Jakarta : Trans Info Media
  • DepKes. 1995 Sosial Budaya DasarMA.103. Jakarta : DepKes
  • http://www.gudangmateri.com/2010/04/masyarakat-desa-dan-masyarakat-kota.html
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan

  • http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20820/5/Chapter%20I.pdf