2.1
Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Dengan
Kelainan Letak
2.1.1
Letak Sungsang
A.
Pengertian
Kehamilan pada
bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan
sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan
bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis (Prof.Dr.Ida Bagus
Gede Manuaba,SpOG,1998).
B.
Etiologi
Faktor-faktor presentasi bokong meliputi prematuritas,
air ketuban yang berlebihan. Kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit,
fibra, myoma,hydrocepalus dan janin besar. Banyak yang diketahui sebabnya, ada
pesentasi bokong membakal. Beberapa ibu melahirkan bayinya semua dengan
presentasi bokong menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa
sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong daripada presentasi kepala..
Implantasi plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung untuk mempermudah
terjadinya presentasi bokong ( Harry oxorn,1996 )
1. Ibu
a. Keadaan
rahim
ü Rahim
arkuatus
ü Septum pada
rahim
ü Uterus
dupleks
ü Mioma
bersama kehamilan
b. Keadaan
plasenta
ü Plasenta
letak rendah
ü Plasenta previa
c. Keadaan
jalan lahir
ü Kesempitan
panggul
ü Deformitas
tulang panggul
ü Terdapat
tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2.
Janin
Pada janin
tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
a. Tali pusat
pendek atau lilitan tali pusat
b. Hedrosefalus
atau anesefalus
c. Kehamilan kembar
d. Hidroamnion
atau aligohidromion
e. Prematuritas
Dalam
keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga terdapat
kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar
dan keras serta paling lambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan
menuju kearah pintu atas panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan
ligamentum fatundum dan kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur
masuk ke pintu atas panggul.
C.
Klasifikasi
Berdasarkan
komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan bentuk letak sungsang sebagai
berikut :
1. Letak Bokong
Murni (Frank Breech)
ü Teraba
bokong
ü Kedua kaki
menjungkit ke atas sampai kepala bayi
ü Kedua kaki
bertindak sebagai spalk
2. Letak Bokong
Kaki Sempurna / Lipat Kijang (Campliete Breech)
ü Teraba
bokong
ü Kedua kaki berada di samping bokong
3. Letak Bokong
Tak Sempurna (Incomplite Breech)
ü Teraba
bokong
ü Disamping
bokong teraba satu kaki
D.
Diagnosa
1. Pemeriksaan
abdominal
ü Letaknya
adalah memanjang.
ü Di atas
panggul terasa massa lunak mengalir dan tidak terasa seperti kepala. Dicurigai
bokong. Pada presentasi bokong murni otot-otot paha teregama di atas
tulang-tulang dibawahnya, memberikan gambaran keras menyerupai kepala dan
menyebabkan kesalahan diagnostic.
ü Punggung ada
di sebelah kanan dekat dengan garis tengah bagian-bagian kecil ada di sebelah
kiri, jauh dari garis tengah dan di belakang.
ü Kepala
berada di fundus uteri. Mungkin kepala cukup diraba bila kepala ada di bawah
tupar/iga-iga. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari paha bokong dan
kadang-kadang dapat dipantulkan (Balloffablle) dari pada bokong uteri teraba
terasa massa yang dapat dipantulkan harus dicurigai presentasi bokong.
ü Tonjolan
kepala tidak ada bokong tidak dapat dipantulkan
2. Denyut
jantung janin
Denyut
jantung janin terdengar paling keras pada atau di atas umbilicus dan pada sisi
yang sama pada punggung. Pada RSA (Right Sacrum Antorior) denyut jantung janin
terdengar paling keras di kuadrat kanan atas perut ibu kadang kadang denyut
jantung janin terdengar di bawah umbilicus
3. Pemeriksaan
vaginal
ü Bagian
terendah teraba tinggi
ü Tidak teraba kepala yang keras, rata dan
teratur dengan garis-garis sutura dan fantenella. Hasil pemeriksaan negatif ini
menunjukkan adanya mal presentasi
ü Bagian
terendahnya teraba lunak dan ireguler. Anus dan tuber ichiadicum terletak pada
satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka
ü Kadang-kadang
pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan teraba oleh jari-jari
pemeriksa. Ia dapat dikelirukan dngan kepala oleh karena tulang yang keras
ü Sakrum ada di
kuadran kanan depan panggul dan diameter gitochanterika ada pada diameter
obligua kanan.
4. Pemeriksaan
Sinar X
Sinar X menunjukkan dengan tepat sikap
dan posisi janin, demikian pula kelainan-kelainan seperti hydrocephalus.
E.
Komplikasi
1. ibu
Kemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
Kemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
2. anak
Proknosa tidak begitu baik, karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menubrito aspiksio. (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 1998)
Proknosa tidak begitu baik, karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menubrito aspiksio. (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 1998)
F.
Penatalaksanaan
Konsep Penatalaksanaan Letak
Sungsang (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,2002)
Pertolongan
persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan
komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Menghadapi
kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan :
Menurut
Sarwono Prawirohardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui, maka persalinan
sungsang dibagi menjadi :
1. Persalinan
Pervaginam
a. Spontaneous
breech (Bracht), ada 3 tahap :
ü Fase Lambat
(Bokong lahir sampai umbilikus / scapula anterior),
ü Fase Cepat
(Dari umbilikus sampai mulut / hidung)
ü Fase Lambat
(Dari mulut / hidung sampai seluruh kepala)
b. Partial
breech extraction : Manual and assisted breech delivery
c. Total breech
extraction
2.Persalinan per abdominal : Seksio
Sesaria
Prosedur Persalinan Bayi Sungsang (
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,2002)
Langkah klinik
1. Persetujuan
tindakan medic
2. Persiapan
Pasien :
a) Ibu dalam
posisi litotomi pada tempat tidur persalinan
b) Mengosongkan
kandung kemih , rektum serta membersihkan daerah perenium dengan antiseptik
Instrumen :
a) Perangkat
untuk persalinan
b) Perangkat untuk
resusitasi bayi
c) Uterotonika
(Ergometrin maleat, Oksitosin)
d) Anastesi
lokal (Lidokain 2%)
e) Cunam piper,
jika tidak ada sediakan cunam panjang
f) Semprit dan jarum no.23 (sekali pakai)
g) Alat-alat infuse
h) Povidon
Iodin 10%
i) Perangkat episiotomi dan penjahitan luka episiotomy
3. Persiapan
Penolong
a) Pakai baju
dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung
b) Cuci tangan
hingga siku dengan di bawah air mengalir
c) Keringkan
tangan dengan handuk DTT
d) Pakai sarung
tangan DTT / steril
e) Memasang duk (kain penutup)
4. Tindakan
Pertolongan Partus Sungsang
a) Lakukan
periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban dan penurunan
bokong serta kemungkinan adanya penyulit.
b) Intruksikan
pasien agar mengedan dengan benar selama ada his.
c) Pimpin
berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul, lakukan episiotomi saat
bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.
d) Melahirkan
bayi :
I.
Cara Bracht
1) Segera
setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari penolong
sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul).
2) Jangan
melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
3) Longgarkan
tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
4) Lakukan
hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior tampak di bawah simfisis
(dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke arah
perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
5) Gerakkan ke
atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
6) Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan
handuk hangat, bersihkan jalan nafas bayi, tali pusat dipotong.
II.
Cara Klasik
Pengeluaran
bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan Bracht bahu dan tangan
tidak bisa lahir.
1) Segera
setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki
lahir.
2) Tali pusat
dikendorkan.
3) Pegang kaki
pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
a) Dengan
tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu untuk melahirkan bahu kiri
bayi yang berada di belakang.
b) Dengan
tanggan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan
bayi yang berada di belakang.
4) Masukkan dua
jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan
bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.
5) Setelah bahu
dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah kontra lateral dari
langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang
sama.
III.
Cara Muller
Pengeluaran
bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu dan tangan
tidak bisa lahir.
1) Melahirkan
bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama
seperti klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu depan.
2) Setelah bahu
dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan
lengan belakang.
IV.
Cara Lovset (Dilakukan bila ada
lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala / nuchal arm)
1) Setelah
bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan.
2) Memutar bayi
180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan
yang muchal.
3) Memutar
kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa
kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik atau Muller.
V.
Ekstraksi Kaki
Dilakukan
bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi. Keadaan bayi /
ibu mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1) Tangan kanan
masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian
melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi,tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi
pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari vagina
sampai batas lutut.
2) Kedua tangan
penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di belakang
betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis, kaki
ditarik turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.
3) Pegangan
dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua ibu jari di belakang
paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.
4) Pangkal paha
ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian pangkal paha
dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir.
Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong telah lahir.
5) Sebaliknya
bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan lahir lebih
dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka
pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah.
6) Setelah
bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.
VI.
Teknik Ekstraksi Bokong
Dikerjakan
bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila kala
II tidak maju atau tampak keadaan janin lebih dari ibu yang mengharuskan bayi
segera dilahirkan.
1) Jari
penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan kedalam
jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat
paha atau krista iliaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat
tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain menekam pergelangan tadi dan
turut menarik curam ke bawah.
2) Bila dengan
tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka jari telujuk
penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong
lahir.
3) Setelah
bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau Lovset.
Cara Melahirkan Kepala Bayi
Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara
manual aid bila dengan Bracht kepala belum lahir).
1)
Letakkan badan bayi di atas tangan
kiri sehingga badan bayi seolah-olah memegang kuda (Untuk penolong kidal
meletakkan badan bayi di atas tangan kanan).
2)
Satu jari dimasukkan di mulut dan
dua jari di maksila.
3)
Tangan kanan memegang atau mencekam
bahu tengkuk bayi
4)
Minta seorang asisten menekan fundus
uteri.
5)
Bersama dengan adanya his, asisten
menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan tarikan ke bawah sesuai
arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu atau
mulut..
5. Manajemen
Kala III
a) Lahirkan plasenta
secara spontan atau manual apabila ada indikasi.
b) Luka
episiotomi atau robekan perenium dijahit.
c) Beri
Uterustonika atau medikamentosa yang diperlukan.
d) Awasi kala
IV.
e) Lakukan
pemeriksaan dan pengawasan nifas.
f) Dokumentasi
g) Cuci tangan
pasca tindakan
G.
Sikap bidan
Bidan yang menghadapi kehamilan dan persalinan letak
sungsang sebaiknya :
1.
Melakukan
rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan
petunjuk kepastian dalam lahir
2.
Bila ada kesempatan, melakukan rujukan
kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan yang optimal
3.
Bila terpaksa, melakukan pertolongan
persalinan letak sungsang sebaiknya bersama dokter
4.
Klien harus diberikan KIE dan motifasi
serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk Informetconsen (Prof. Dr. Ida
Bagus Gde Manuaba, 1998)
2.2.2 Letak Lintang
A.
Pengertian
Letak lintang dalam
kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di
depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di bawah
(dorsoinferior).
B.
Etiologi
Penyebab
paling sering adalah kelemahan otot uterus dan abdomen. Kelaianan letak paling
sering terjadi pada wanita paritas tinggi (grande multipara). Faktor lain yang
mendukung terjadinya letak lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada
beebrapa faktor yang mendukung terjadinya letak lintang yaitu: kehamilan ganda,
polihidramnion, abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis, fibroid uterus yang
besar.
C.
Diagnosis
Letak lintang mudah didiagnosis
dalam kehamilan dari bentuk uterus, terlihat melebar, lebih menonjol ke salah
satu bagian abdomen, engan TFU rendah. Palpasi akan teraba kepala janin pada
salah satu sisi dan bokong pada sisi yang lain, tetapi tidak ada bagian
presentasi yang berada di pelvis. Pada palpasi kepala janin atau bokong
ditemukan di salah satu bagian fossa iliaca. USG dapat digunakan untuk
memastikan dignosis untuk mendeteteksi kemungkinan penyebab.
D.
Komplikasi
Letak lintang merupakan keadaan
malpresentasi yang paling berat dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada
ibu dan janin. Komplikasi
akan bertambah berat jika kasus letak lintang telambat didiagnosa. Pada ibu,
dapat terjadi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan
pos partum, ruptur uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu. Pada
janin, dapat terjadi prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah,
prolapsus umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin .
E.
Proses persalinan
Setelah ketuban pecah,
jika persalinan berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan
tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu
tertahan oleh tepi atas panggul, dengan kepala di salah satu fossa iliaca dan
bokong pada fossa iliaca yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan
terjepit kuat di bagian atas panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat
dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa
saat, akan terbentuk cincin retraksi yang semakin lama semakin meninggi dan
semakin nyata. Keadaan ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak
cepat ditangani dengan benar, uterus akhirnya akan mengalami ruptur dan baik
ibu maupun bayi dapat meninggal.
Bila janin amat kecil
(biasanya kurang dari 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan
dapat terjadi meskipun kelainan tesebut menetap. Janin akan tertekan dengan
kepala terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi
bagian yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala da n dada kemudian melewati
rongga panggul secara bersamaan, dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan
terlipat (conduplicati corpore)
F.
Penganan
1. Pada
kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi
lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal
dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada,
jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada
sampai persalinan.
2.
Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang
dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida
dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan
lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup
dan riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti
jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika
janin mati dilakukan embriotomi.
ASUHAN KEBIDANAN
DENGAN KELAINAN LETAK LINTANG
Ny ‘R’
Usia 34 Tahun G4P2Ab1Ah2 UK 29
Minggu
dengan
Kelainan Letak Lintang
DATA
SUBJEKTIF
1.
Keluhan
Utama
Seorang
ibu hamil dengan umur kehamilan 29 minggu mengeluh perut sebelah kiri sering
terasa nyeri seperti ada tekanan dari dalam, dan bila diraba sedikit menonjol,
sedangkan perutnya sebelah kanan sering terasa ada gerakan janin
(ditendang-tendang).
1.
Riwayat
Obstetri
Hamil
Ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||||||
Tgl lahir
|
UK
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
Komplikasi
|
JK
|
BB
(gr)
|
Lakta si
|
Kompli kasi
|
|||||
Ibu
|
Bayi
|
||||||||||||
1
|
1997
|
aterm
|
Spontan
|
bidan
|
tdk
|
tdk
|
P
|
3200
|
2 th
|
Tdk
|
|||
2
|
2000
|
Abortus
|
|||||||||||
3
|
2002
|
aterm
|
Spontan
|
bidan
|
tdk
|
tdk
|
L
|
3300
|
1,5 th
|
tdk
|
|||
4
|
Hamil saat ini
|
||||||||||||
DATA
OBJEKTIF
1.
Keadaan
umum :
baik
kesadaran : Compos Mentis
2.
Status
emosional : stabil
3.
Tanda
vital
Tekanan
darah : 110/80 mmHg
Nadi
: 82 kali/menit
Pernafasan
: 20
kali/menit
Suhu
: 36,60C
1.
BB/TB
: 60 kg/158 cm
2.
Abdomen
Bentuk
: Melintang, perut membuncit ke samping
Bekas
Luka : Tidak ada
Strie
Gravidarum : Ada
Palpasi
Leopold :
Leopold
I : Kosong
Leopold II : Kiri : Bulat,
keras ,melenting,
Kanan : Kurang Bulat, lunak, kurang melenting
Leopold
III : Kosong
Leopold
IV : Belum dilakukan
TFU
: 1 Jari dibawah pusat
Mc
Donald : 20
cm
Osborn
test :Tidak
Dilakukan
TBJ
: (20-11) x 155 = 1395 gram
Auskultasi
DJJ :
Punctum
maksimum : Setinggi pusat disebelah kiri
Frekuensi
: 144 x/ menit
ASSESMENT
1.
Diagnosa
Kebidanan
Ny ‘R’
Usia 34 Tahun G4P2Ab1Ah2 UK 29
Minggu dengan kelaianan letak lintang.
1.
Masalah
Ibu
mengatakan ibu mengalami nyeri tekan di perut sebelah kiri dan terasa gerakan
janin di sebelah kanan.
1.
Kebutuhan
KIE
tentang kelainan letak lintang dan komplikasinya
KIE cara
mengatasi kelainan letak lintang
1.
Diagnosa
potensial
Ibu
berpotensi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan post
partum, ruptur uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu, sedangkan
pada janin dapat menyebabkan prematuritas, BBLR, prolapsus umbilikus, maserasi,
asfiksia hingga kematian janin.
1.
Masalah
Potensial
Tidak ada
1.
Kebutuhan
Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
2.
Mandiri
Tidak ada
1.
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan dr. Hasan, Sp.OG bagian kebidanan RSUP dr. Sarjito untuk pemeriksaan USG
untuk memastikan letak lintang dan mengetahui penyebabnya.
1.
Merujuk
Merujuk ke
dr. Hasan, Sp.OG bagian kebidanan RSUP dr. Sarjito untuk penanganan lebih
lanjut.
PLANNING (30 Maret 2010, 17.00 WIB)
1.
Menjelaskan
kepada ibu tentang kondisinya saat ini.
Ibu
mengerti tentang kondisinya saat ini
1.
Menjelaskan
kepada ibu tentang posisi janin ibu yang kemungkinannya janin ibu letaknya
melintang berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Ibu
memahami tentang posisi janinnya saat ini.
1.
Memberi
contoh dan menganjurkan ibu untuk melakukan kneechest atau posisi lutut dada,
setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5 menit, untuk mengembalikan posisi
bayinya menjadi presentasi kepala.
Ibu
bersedia untuk melakukan kneechest sesuai yang telah dianjurkan.
1.
Menjelaskan
kepada ibu tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang bisa ditimbulkan dari
kelainan letak lintang.
Ibu mengerti tentang komplikasi yang bisa ditimbulkan
dari kelainan letak lintang dan akan berhati-hati.
1. Menganjurkan
ibu untuk melakukan pemeriksaan USG (pada dokter ahli kebidanan yang telah
ditunjuk oleh bidan) untuk memastikan letak janin dan mengetahui penyebab dari
letak lintang.
Ibu bersedia untuk melakukan pemeriksaan USG.
1.
Merujuk
ibu ke dr. Hasan Sp.OG bagian kebidanan RSUP dr. Sardijo untuk penanganan
selanjutnya.
Ibu bersedia dirujuk ke dr. Hasan, Sp.OG bagian kebidanan RSUP
dr. Sardjito untuk dilakukan penanganan selanjutnya.
1.
Menganjurkan
ibu untuk kunjungan ulang dua minggu lagi atau jika ada keluhan.
Ibu
bersedia datang dua minggu lagi atau jika ada keluhan.