TUGAS ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS Dosen Pembimbing
DWI
SAPTA. A,SST
“ MILIARIASIS “
Di susun Oleh :
Kelas Jean Ball
D III Kebidanan
Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
TA. 2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
curahan nikmat-Nya, sehingga saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah mata kuliah“Asuhan Kebidanan Pada Bayi dan Balita” tentang MILIARIASIS.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak
lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus membantu
dalam proses pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Atas dasar alasan
tersebut saya mengucapkan terima kasih kepada:
Dosen Mata Kuliah bapak Dwi Sapta Arianti,
SST,SKM yang telah membina saya dalam mengajarkan mata kuliah.
Besar harapan saya supaya makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Sebagai ungkapan terimakasih, penulis
hanya mampu berdoa semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis diterima
disisi-Nya serta mendapat imbalan yang berlipat ganda. Amin.
Namun
apabila terdapat kesalahan, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari guna mencapai penyempurnaan laporan penulis kedepan. Wabillaahi
taufik wal hidayah.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Pekanbaru, November 2011
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian 1-
2
2.2 Etiologi 2-
3
2.3 Phatofsiologi 3
2.4 Diagnosa Miliaris 3
2.5 Klasifikasi & Gejala Miliaris 3-5
2.6 Penatalaksanaan 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 6
3.2 Saran 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang :
Biang keringat kerap kita temui
pada bayi dan anak kecil, karena kulit mereka cenderung lebih sensitif daripada
orang dewasa. Bahkan 70 persen dari tubuh bayi mengandung air, itulah mengapa
bayi mudah sekali mengeluarkan keringat bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Masalah kembali bertambah saat anak Anda rewel karena rasa gatalnya yang terus
mengganggu. Jangan panik, sebelum tergesa-gesa memberi anak Anda bermacam-macam
obat, kenali dulu tanda-tanda dan deskripsi dari biang keringat itu sendiri,
jangan sampai nantinya Anda salah mendeskripsikan keadaan anak Anda dan
memberinya obat yang salah.
Biang keringat atau biasa disebut
dalam istilah medis dengan miliaria adalah penyakit kulit yang ditandai dengan
kemerahan, muncul papul (bintil-bintil), dan gatal. Penyebabnya bisa terjadi
pada cuaca yang lembab, panas, karena peredaman yang terus- menerus pada kulit
oleh keringat sehingga lemak kulit terbuang. Biang keringat biasanya muncul
pada anak-anak yang bertempat tinggal di daerah yang lembab dan sangat pamnas.
Gatalnya yang hebat menyebabkan gangguan tidur,men gurangi nafsu makan, dan
gangguan umum infeksi sekunder.
1.2
Tujuan :
1. Agar kita mengetahui apa
miliariasis ?
2. Agar kita mengerti bagaimana
penanganan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian :
Ada lima definisi dari miliariasis yaitu : Pendapat pertama Miliariasis merupakan
penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya saluran kelenjar
keringat.(Hassan, 1984).
Pendapat kedua, Miliariasis adalah
kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier.
(Adhi Djuanda, 1987).
Sedangkan
yang ketiga,
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Pendapat
keemapat, mengatakan
bahwa miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar
keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah
tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas
dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang
menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang
masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan
disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat
keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).
Pada
pendapat kelima yaitu Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul
akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu
di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung),
serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga
dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang
berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan
dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra
Utama, 2000).
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau pickle heat . ( Adhi Djuanda,
1987)
2.2 ETIOLOGI :
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas
dan lembab.
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat
tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan
pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke
jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa
papul atau vesikel.
2.3 PATOFSIOLOGI :
Patofisiologi
terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar
keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran
keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu
disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat
keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum.
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena
proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus
milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan
pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian.
Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah
sekitarnya.
2.4. DIAGNOSA:
Adanya papul dan vesikel miliar terutama didaerah yang
banyak kelenjar ekrin, dengan atau tanpa eritem, kadang-kadang ada pustel miliar
tidak pada folikel rambut.
2.5
KLASIFIKASI MILIARIS :
Tergantung dari letak kelainan, maka terdapat beberapa
bentuk miliaria, diantaranya yaitu:
1. Miliaria kristalina :
Pada
penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih tanpa
disertai kulit kemerahan, terutama pada badan setelah banyak berkeringat,
misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda
radang atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak
memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran
histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak
diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan
ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat.
2. Miliaria rubra :
Penyakit ini lebih
berat daripada miliariasis kristalina. Terdapat pada badan dan
tempat-tempat tekanan ataupun gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul
vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Milliaria jenis ini
terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan bentuknya
dapat berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat
berkelompok.
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua
pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan
kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat
dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua
mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan
spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Staphylococcus
juga diduga memiliki peranan. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi
pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer
kulit di epidermis.
Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina.
Lesinya berupa papulo vesikula eritematosa yang sangat gatal dan diskrit,
kemudian konfluens dengan dasar merah, sering terjadi maserasi karena
terhalangnya penguapan kelembaban. Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa
terjadi infeksi sekunder dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada
anak-anak. Terutama timbul pada bagian tubuh yang tertutup pakaian seperti
punggung dan dada.
3. Miliaria profunda :
Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah
tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria rubra.ditandai dengan
papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan
ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara
klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak
terdapat eritema.
Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar
keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang.
Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan,
mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian
losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam
alkohol.
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka,
ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging,
disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di
bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak
berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat.
4. Miliaria pustulosa :
Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang
menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel superfisial.
Lesinya berupa pustula steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak
berhubungan dengan folikel rambut.
2.6
PENATALAKSANAAN :
Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita
dengan miliariassais bergantung pada beratnya penyakit dan keluhab yang
dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah :
1.
Prinsip asuhan adalah mengurangai
penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul
2.
Jaga
kebersihan tubuh bayi
3.
Upayakan untuk menciptakan
lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering,
misalnya pasien tinggal di ruangan ber AC, atau didaerah yang sejuk dan kering
4.
Gunakan pakaian yang menyerap
keringat dan tidak terlalu sempit
5.
Segera ganti pakaian yang basah
dan kotor
6.
Pada miliria rubra dapat
diberikan bedak salicil 2 % dengan menambahkan mentol 0,5 %- 2 % yang besifat
mendinginkan ruam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
:
Miliariasis disebut juga sudamina/ liken tropikus/
biang keringat atau keringat buntat adalah dermatosis yang di sebabkan oleh
retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.
3.2 Saran :
Agar kita sebagai bidan
dapat memberikan prinsip asuhan yang bertujuan salah satunya mengurangi
penyumbatan kerinagat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul dengan
menjaga kebersihan tubuh bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lia, Dewi,
Vivian Nanny. ASUAHAN NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA . Saleemba Medika .
Jakarta . 2010
2. B. Merenstien,
Gerald . BUKU PEGANGAN PEDIATRI EDISI 17 . Widya Medika , 1995
3. Staff pengajar
Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia. ILMU KESEHATAN ANAK 1 .bagian Ika UI . Jakarta 1985
4.
Jelliffe, D.B .KESEHATAN ANAK
DI DAERAH TROFIS . Bumi Aksara . Jakarta 1982