Kamis, 26 April 2012

makalh tentang Penyakit Menular Seksual


BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang:
Dewasa ini tingkat angka kematian baik di Indonesia maupun di dunia secara globalnya relatif meningkat pertahunnya, hal ini baik disebabkan kecelakaan, proses penuaan yang menyebabkan kelamahan fungsi organ tubuh ataupun karena menderita berbagai macam penyakit. Kita mengenal berbagai macam nama penyakit dan istilahnya baik itu penyakit menular maupun penyakit tidak menular.
Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah medis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, Infulenza dll), tempat makan dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types dll), Jarum suntik dan transfusi darah (HIV Aids, Hepatitis dll).

1.2      Tujuan:

Untuk Penyaji :
Agar para anggota kelompok yang membahas tentang penyakit menular ini untuk lebih membuka wawasannya tentang penyakit Menular dan mengerti tentang topic pembahasannya yaitu pada PMS(penaykit menular seksual).
Untuk Audiens :
Agar audiens menjadi tau lebih dalam lagi tentang penyakit Menular Seksual.


1.3Manfaat:
1.Dpt mengidentifikasi & mengukur besarnya masalah kesehatan, menjelaskan kelompok resiko tinggi, dan menentukan penyebab dari masalah kesehatan tersebut.
2       2.Untuk memahami perjalanan dari  penyakit
3       3.Penting untuk pengamatan & penanggulangan penyakit.
4       4.Merupakan masukan bagi perencanaan, monitoring dan evaluasi upaya kesehatan.


































BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Menular Seksual :
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual.  Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun.  Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini. Penyakit menular seksual yang nantinya kita bahas disini antara lain :
  1. Herpes
  2. Gonorea
  3. Sifilis
  4. Chlamidia

2.2  PENYAKIT HERPES
A.        Pengertian :
Herpes atau kadang disebut dengan penyakit cacar merupakan penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Simplex dan Herpes Zoster. Keduanya sama-sama disebabkan oleh virus.

B.        Etiologi :
Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa melalui hubungan kelamin seperti : melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau sewaktu proses persalinan/partus pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada alat kelamin luar.

Perbedaan HSV tipe I dengan tipe II :
1.    Herpes Simplex
Herpes Simplex dibagi menjadi dua tipe. Tipe 1 atau dikenal dengan Herpes Simplex Virus-1 (HSV-1), virus ini menyerang bagian mulut atau pinggang ke atas. HSV-1 pada kenyataannya adalah infeksi yang sangat umum. Di Amerika Serikat, 30% sampai 90% dari orang yang terkena herpes kulit lebih banyak pada orang dewasa, walaupun banyak orang tidak pernah mengalami gejala. HSV 1 seperti sariawan di mulut bibir dan ruam lepuh lainnya, bisa diobati tapi tidak bisa sembuh secara total karena sewaktu-waktu kalau tubuh lemah bisa muncul lagi.
Tipe 2, biasa dikenal dengan HSV-2, virus ini menyerang bagian pinggang ke bawah, biasanya bagian kelamin sehingga biasa disebut dengan Herpes Genitalis. HSV2 (herpes genitalis) tidak bisa menular melalui udara, tetapi bisa menular melalui hubungan sex. Herpes ini bisa muncul di vagina, dubur, selangkangan kaki. Ini juga tidak bisa sembuh. Pada laki-laki herpes ini bisa terlihat tapi pada perempuan tidak kelihatan.
Herpes Zoster
Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama. Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air, herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada. Proses penularan herpes zoster ini bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah.

C.  Epidemiologi :
Herpes simpleks virus tipe II ditemukan pada wanita pelacur 10x lebih tinggi daripada wanita normal. Sedangkan HSV tipe I sering dijumpai pada kelompok dengan sosio ekonomi rendah.

D.  Patogenesis:
Infeksi herpes genitalis dapat sebagai infeksi primer maupun sebagai infeksi rekuren.
·         Infeksi primer
Infeksi primer terjadi bila virus dari luar masuk ke dalam tubuh penderita, DNA dari tubuh penderita melakukan penggabungan dan mengadakan multiplikasi. Pada saat itu, tubuh hospes belum memiliki antibodi yang spesifik hingga menimbulkan lesi lebih luas. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut syaraf sensorik menuju ganglion sakralis (syaraf regional) dan berdiam disana.
Infeksi rekuren terjadi pada suatu waktu bila ada faktor tertentu (trigger factor) sehingga virus mengalami reaktivitas dan multiplikasi kembali.

E.  Tanda & Gejala :
  • Timbul erupsi bintik kemerahan, disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis.
  • Terkadang disertai demam, seperti influenza, setelah 2-3 hari bintik kemerahan berubah menjadi vesikel disertai nyeri.
  • 5-7 hari, vesikel pecah dan keluar cairan jernih sehingga timbul keropeng.
  • Kadang dapat kambuh lagi.


F.  Komplikasi :
  • Gangguan mobilitas, vaginitis, urethritis, sistitis dan fisura ani herpetika terjadi bila mengenai region genetalia.
  • Abortus
  • Anomali kongenital
  • Infeksi pada neonatus (konjungtifitis/ keratis, ensefalitis, vesikulitis kutis, ikterus, dan anomali konvulsi).

G.  Penanganan :
  • Lakukan pemeriksaan serologi (STS).
  • Atasi nyeri dan demam dengan parasetamol 3 x 500 mg.
  • Bersihkan lesi dengan larutan antiseptic dan kompres dengan air hangat.
  • Keringkan dan oleskan acyclovir 5% topikal setelah nyeri berkurang.
  • Berikan acyclovir tablet 200 mg tiap 4 jam.
  • Rawat inap bila terjadi demam tinggi, nyeri hebat, retensi urin, konvulsi, neurosis, reaksi neurologik lokal, ketuban pecah dini maupun partus prematurus.
  • Berikan pengobatan pada pasangan berupa acyclovir oral selama 7 hari.
  • Bila terpaksa partus pervaginam, hindari transmisi ke bayi atau penolong.
H.  DIAGNOSIS :
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2. diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.(1,11,12)
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain, termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan. Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital
I.    PENCEGAHAN :
  Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
  Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
  Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
  Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
  Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam

2.3 PENYAKIT GONOREA:
 Gonorhea adalah penyakit kelamin yang bisa terjadi pada pria maupun wanita.Disebut juga penyakit kencing nanah atau GO.
B. Penyebab :
Penyebabnya adalah kuman Neisseria Gonorrhoea, disebut juga gonokokus, berbentuk diplokokus.
Kuman ini menyerang selaput lendir dari :
Penularan melalui oral, anal dan vaginal seks. Hampir 90% penderita GO tidak memperlihatkan keluhan dan gejala. Tanda pada penderita GO baik lelaki dan perempuan, bisa tanpa keluhan dan gejala.
Lelaki
  • Keluar cairan putih kekuning-kuningan melalui penis.
  • Terasa panas dan nyeri pada waktu kencing.
  • Sering buang  air kecil.
  • Terjadi pembengkakan pada penis (testis).
Perempuan
Bila gejala sudah meluas ke arah PID (Pelvic Inflamatory Disease) maka sering timbul :
Bila GO tidak diobati maka ± 1% dari lelaki dan wanita, akan terjadi DGI atau Dessiminated Gonorrhoe Infection. Tanda dan gejalanya  berupa demam, bercak di kulit, persendian bengkak dan nyeri, peradangan pada dinding rongga jantung, peradangan selaput pembungkus otak serta meningitis.

Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:
Pada perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis.  Dapat menyebabkan kemandulan pada pria.  Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir:
 Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan.  Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.

Komplikasi dapat timbul pada bayi, lelaki maupun perempuan dewasa.
1.      Pada Lelaki :
prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut pada saluran kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan epididimis.
2.    Pada Perempuan:
 PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan selaput lendir rahim setelah melahirkan (post partum endometriosis), abortus, cistitis (peradangan kandung kencing), peradangan disertai pus.
  • Menghindari seks bebas (free sex).
  • Monogami.
  • Penggunaan kondom saat vaginal, oral maupun anal seks.
1. Pada masa kehamilan, berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari.b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
2. Masa nifas, berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram dosis tunggal. b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b) Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis tunggal.
4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan seksual.
5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.



2.4 PENYAKIT SIFILIS :

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema Pallidum, bersifat kronik dan sistematik. Nama lain adalah Lues venereal atau raja singa. Sifilis adalah IMS yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, merupakan penyakit kronis dan dapat mengenai seluruh organ tubuh. Gambaran klinisnya dapat menyerupai penyakit lain (the great imitator). Pada bayi ditularkan in utero atau karena kontak dengan lesi ibu pada waktu persalinan. Selama perjalanan penyakitnya terdapat masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh.

B. Penyebab :
Penyebabnya adalah Treponema Pallidum, termasuk ordo Spirochaecrales, familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. Bentuk spiral teratur, panjang 6-15 µm, lebar 0,15 µm, terdiri atas 8-24 lekukan. Pembiakan secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.
Sifilis terbagi menjadi sifilis congenital dan sifilis akuista.
1.   Sifilis Kongenital, terbagi atas : a) Dini (sebelum 2 tahun); b) Lanjut (sesudah 2 tahun); Stigmata
2.   Sifilis Akuista, terbagi : a) Klinik; b) Epidemiologik
Menurut caranya sifilis dibagi menjadi tiga stadium yaitu : Stadium I (SI); Stadium II (SII); Stadium III (SIII)
Secara epidemiologik, WHO membagi menjadi :
  • Stadium dini menular ( dalam waktu 2 tahun sejak infeksi), terdiri dari SI, SII, stadium rekuren dan stadium laten dini.
  • Stadium lanjut tak menular (setelah 2 tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan SIII.
Pada kehamilan:
 a) Kurang dari 16 minggu : kematian janin (sifilis fetalis).
b) Stadium lanjut : prematur, gangguan pertumbuhan  intra uterin, cacat berat (pnemonia, sirosis hepatika, splenomegali, pankreas kongenital, kelainan kulit dan osteokondritis).
  • Lesi (berupa ulkus, soliter, dasar bersih, batas halus, bentuk bulat/longitudinal).
  • Tanpa ditekan nyeri .
F. Penanganan :
1. Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada persalinan.
2. Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada penggunaan instrumen.
3. Pemberian antibiotika, misal : Benzalin pensilin 4,8 juta unit IM setiap minggu dengan 4x pemberian; Dofsisiklin 200 mg oral dosis awal, dilanjutkan 2×100 mg oral hingga 20 hari; Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.
4. Sebelum pemberian terapi pada bayi dengan dugaan/ terbukti menderita sifilis kongenital, maka dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dan uji serologik tiap bulan sampai negatif. Berikan antibiotik : Benzalin pensilin 200.000 IU/ kgBB per minggu hingga 4x pemberian; Sefriakson 50 mg/ kg BB dosis tunggal (per hari 10 hari).
5. Lakukan konseling preventif, pengobatan tuntas dan asuhan mandiri.
6. Memastikan pengobatan lengkap dan kontrol terjadwal.
7. Pantau lesi kronik atau gejala neurologik yang menyertai.


2.5 PENYAKIT CHLAMYDIA :
Adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Chlamydia trachomatis dan dapat diobati.
B. Penyebab :
Penyakit ini berasal dari Kuman Chlamydia trachomatis.

C. sering Terjadi pada :
Kuman ini menyerang sel pada selaput lendir :
b) Saluran tuba fallopi.
c) Anus dan rektum.
d) Kelopak mata.
 e) Tenggorokan (insiden jarang).
Chlamydia paling sering menyerang pada usia muda dan remaja.
D. Penularannya Penyakit:
Penularan penyakit ini dapat  dapat melalui :
1.    hubungan seksual secara oral, anal maupun oral seks;
2.    hubungan seksual dengan tangan, sehingga cairan mani terpercik ke mata; dari ibu ke bayi sewaktu proses persalinan.
Sekitar 75 % perempuan dan 50% laki-laki yang tertular Chalmydia tidak menunjukkan tanda dan gejala. Keluhan dan gejala biasanya timbul sekitar 3 minggu setelah tertular kuman chlamydia.
Adapun tanda dan gejalanya adalah :
1. Menderita proktitis (radang rektum), urethritis (radang saluran kencing) dan konjungtivitis (radang selaput putih mata).
2. Pada wanita : keluar cairan dari vagina; perasaan panas dan nyeri sewaktu buang air kecil
3. Bila sudah menyebar ke tuba fallopi, akan timbul : nyeri perut bagian bawah; nyeri sewaktu coitus; timbul perdarahan pervaginam diantara siklus haid; demam dan mual-mual
4. Pada pria : keluar cairan kuning seperti pus dari penis; nyeri dan rasa terbakar sewaktu kencing; nyeri dan bengkak pada testis
Perempuan
Laki-laki
  1. PID
  2. Infertil
  3. Radang kandung kencing (cyctitis)
  4. Radang serviks (servisitis)
  1. Prostitis
  2. Timbul jaringan parut pada urethra
  3. Infertil
  4. Epididimis
  1. Kebutaan
  2. Pneumoni (radang paru)
  3. Kematian
 G.Pencegahan :
1) Hindari seks bebas;
 2) Monogami;
 3) Gunakan kondom saat hubungan seks baik dengan oral, anal maupun vaginal seks.
1. Doksisiklin per oral 2x sehari selama 7 hari.
2. Asitromisin dengan pemberian dosis tunggal (kontraindikasi untuk ibu hamil, gunakan eritromisin, amoksilin, azitromisin).
3. Lakukan follow-up pada penderita dengan : a) Apakah obat yang diberikan sudah diminum sesuai anjuran. b) Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati. c) Jangan melakukan hubungan seks, bila pengobatan belum selesai. d) Lakukan periksa ulang 3-4 bulan setelah selesai pengobatan.
2.6 PENYAKIT HIV/ AIDS :
A.  Pengertian :
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak Virus HIV baru, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
B.  Cara Penularan virus HIV AIDS :
1. Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb.

2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang Pria berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman lainnya, oral sex, dsb

3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb.

4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita hiv+, Pria meminum susu ASI pasangannya, dsb.

Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat
serta Urine (Air seni atau air kencing).
C. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS:
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :

1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.

3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
D.  Penanganan dan Pengobatan Penyakit AIDS :
Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.

Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.













BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan:
          Jadi penyakit Menular Seksual sangatlah berbahaya, yang dapat menyebabkan komplikasi- komplikasi yang sulit di tangani. Penyakit ini disebabkan oleh kuman, virlus, atau pathogen yang berasal dari luar.
3.2 Saran :
        Seharusnya kita sebagai Bidan, hendaknya lebih mewaspadai terjadinya penyakit menular seksual . yang hendaknya dapat memberikan penyampaian informasi kepada masyarakat bahwa penyakit menular seksual sangatlah berbahaya, yaitu dengan memberikan promosi kesehatan seperti penyuluhan.










DAFTAR PUSTAKA
2.    Adobe Reader- [HIV-AIDSbooklet_part3.pdf].
3.    Adobe Reader- [SSH-6135-IND.pdf]. Chlamydia Dan Gonorea.
4.    Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.